PT. DIRGANTARA
INDONESIA
KELOMPOK 5
TPHT B
1.
SURYA
ANGGRIAWAN (361541333028)
2.
REZA
YULIA ROSA (361541333029)
3.
LILIK
NURHAFIDLOH (361541333031)
4.
MOCH
HASAN BASRI (361541333046)
5.
DEWI
LUSIANA (361541333048)
PROGRAM STUDY
D4
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK
POLITEKNIK
NEGERI BANYUWANGI
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt
yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sederhana ini. Makalah ini adalah tugas pada mata kuliah DASAR – DASAR
MANAGEMENT. Makalah ini disusun berdasarkan anjuran yang telah
disampaikan dengan beberapa pengembangan. Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu SARI WIJI UTAMI Dosen mata kuliah DASAR
– DASAR MANAGEMENT dan seluruh pihak yang ikut andil dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, tidak ada yang
dapat saya sampaikan selain mengharapkan agar kiranaya makalah dasar – dasar
management ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Banyuwangi,
02 Desember 2015
Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR
ISI
1.
Cover................................................................................. i
2.
Kata
Pengantar................................................................... ii
3.
Daftar
Isi........................................................................... iii
4.
BAB
I PENDAHULUAN................................................... 1
1.1 Latar
Belakang............................................................ .1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................... .1
1.3 Tujuan......................................................................... 1
5. BAB II PEMBAHASAN................................................... .2
2.1
PT.Dirgantara Indonesia............................................ ..2
2.2 Permasalahan Perusahaan.......................................... ..2
2.3 Solusi Perusahaan...................................................... .3
2.4
Langkah-Langkah Strategis........................................ ..4
6. BAB III
PENUTUP.............................................................5
3.1 Kesimpulan................................................................ .5
3.2 Saran........................................................................... 5
7. Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Belajar
dari perusahaan-perusahaan besar yang sukses diberbagai bidang di Indonesia.
Kini banyak generasi muda yang diajak atau diserukan untuk mulai dapat
berinovasi membuat lapangan pekerjaan.
Untuk
memulai usaha atau menjadi pengusaha yang sukses tentunya kita harus mengetahui
atau setidaknya mempelajari bagaimana perusahaan yang telah besar merintis
usahanya. Oleh karena itu disini kita tidak hanya melihat dari perusahaan yang
telah sukses sekarang ini. Namun disini kita juga perlu mengetahui perusahaan
yang pernah mengalami suatu masalah dalam perusahaannya namun hingga kini masih
dapat bertahan.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa saja masalah yang pernah dialami
perusahaan ?
b. Bagaimana perusahaan dapat mencapai
keberhasilan?
c. Apakah jalan yang
ditempuh agar perusahaan dapat tetap bertahan?
1.3
Tujuan
Mengetahui Bagaimana suatu
perusahaan dapat mencapai keberhasilan yang efektif dan efisien dan mengetahui
apa saja metode-metode atau jalan yang dapat ditempuh agar bila terkena masalah perusahaan dapat tetap bertahan dan konsisten inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PT.
Dirgantara Indonesia (DI)
PT. Dirgantara Indonesia merupakan industri pesawat terbang
milik pemerintah Indonesia yang awalnya didirikan tahun 1976 dengan nama PT.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Perusahaan ini telah memproduksi berbagai
jenis pesawat terbang termasuk juga helikopter. Pada tahun 1998 disaat
Indonesia mengalami krisis ekonomi, perusahaan ini nyaris bangkrut. Kemudian
setelah melakukan berbagai strategi, rektrurisasi dan bantuan dari pemerintah,
perusahaan yang berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2000
tersebut berhasil bangkit dari keterpurukan.
2.2 Permasalahan
Perusahaan
Masalah-masalah
yang menjadi penyebab PT. DIRGANTARA INDONESIA mengalami masa-masa sulit hingga
hampir mengalami kebangkrutan :
Terjadinya
krisis ekonomi Asia 1997-1998
Krisis ekonomi Asia tersebut seolah
menjegal PT. DIRGANTARA INDONESIA. Hal
tersebut dikarenakan demi menanggulangi krisis ekonomi, pemerintah Indonesia mengurangi
alokasi dana dalam government spending,
Akibatnya, krisis keuangan terjadi dalam perusahaan dirgantara tersebut. Karena
hal itu maka perusahaan harus melakukan rasionalisasi anggaran dengan
mengurangi jumlah karyawannya ± 12.000 karyawan. Krisis juga mengurangi jumlah
produksi oleh perusahaan PT. DI.
Adanya Pengaruh dari IMF
Penghentian dana oleh pemerintah
Indonesia pada PT. DI sangat kental dengan campur tangan International Monetary Fund (IMF). IMF dianggap menjadi aktor
yang memberikan ‘tekanan’ bagi
pemerintah Indonesia untuk merampingkan
anggaran belanja negara. Pada tahun 1998, IMF hadir untuk menawarkan
bantuan agar Indonesia mampu keluar dari krisis. Tentu saja bantuan tersebut
tidak secara cuma-cuma, terdapat berbagai syarat yang harus dipenuhi agar
‘cairnya’ bantuan IMF. Dan salah satu syarat yang diajukan IMF adalah
pelaksanaan Structural Adjustment Loans (SALs).
Dimana salah satu poin SALs sendiri adalah pengurangan secara besar-besaran
anggaran pemerintah. Kemudian pemerintah Indonesia saat itu menyanggupi syarat
IMF melalui menghentikan aliran dana untuk PT. DI dan mengalihkannya ke sektor
industri non-padat modal, yang menurut IMF lebih penting untuk diselamatkan.
Menurut Juru Bicara PT. DI, Sonny Ibrahim, kebijakan tersebut merupakan olah
pikir yang dirancang Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk mematikan industri
penerbangan lokal Indonesia yang dianggap akan menjadi industri dirgantara yang
sukses dan menjadi pesaing mereka.
PT. DI Terus Mengalami Kerugian dari
Tahun ke Tahun.
Setelah
krisis moneter hutang
PT. DIRGANTARA INDONESIA pun kian menumpuk, karena PT. DI harus berdiri di atas
kakinya sendiri. Diperkirakan kerugian yang dialami PT. DI hampir mencapai 7,25
triliun dan menunggak hutang sebesar tiga triliun rupiah.
PT. DI Kembali Mengalami Penurunan
Penjualan Pada 2001
Penurunan penjualan yang terjadi dikarenakn adanya
pergantian management yang kurang baik. Perusahaan ini mengalami kerugian
hingga 1,5 triliun rupiah. Akhirnya pada tahun 2004 keadaan perusahaan semakin
memburuk, terpaksa dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga 6.651 orang.
Tahun 2007 PT.DI berada pada titik nadir,
ketka Pengadilan Niaga dalam Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan
kepailitan pada PT.DI karena kompensasi dana dan pensiunan pegawai belum
dibayar.
2.3 Solusi Yang Ditempuh
PT. DI baru terlihat mulai bangkit
dari kebangkrutan setelah pemerintah Indonesia mengutus Perusahaan Pengelola
Aset (PPA) untuk melakukan restrukturisasi perusahaan dalam bidang keuangan.
Melalui PP No. 70 Tahun 2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), dimana PT. DI mendapatkan suntikan dana kembali dari
pemerintah sebesar satu triliun rupiah. Seperti efek bola salju, aliran modal
pemerintah ini mengundang kepercayaan konsumen luar negeri bahwa PT. DI telah
bangkit. Hingga kini PT. DI dipercaya sebagai pemasok utama komponen pesawat
perusahaan Airbus, dan berhasil bermitra dengan salah satu perusahaan produsen
pesawat terbang terbesar di dunia. Bahkan Airbus telah memutuskan untuk
memindahkan pabrik pesawat C-295 dari Spanyol ke Bandung. Hal tersebut ibarat
angin segar dalam upaya mengembalikan citra perusahaan dirgantara terbesar di
Indonesia dalam dunia industri pesawat internasional. PT. DI juga
menandatangani kontrak kerja sama sebagai perusahaan sub-kontrak dengan Eurocopter Family, CTRM, dan Korean Air.
Selain perusahaan luar negeri, PT. DI pun sukses menjalin kesepakatan dengan
perusahaan penerbangan dalam negeri, yaitu Lion Air, yang telah membeli seratus
unit N-219, yaitu pesawat penumpang sembilan kursi.
Ketika
melihat fenomena kebangkitan PT. DI saat ini, inovasi yang merupakan hasil dari
proses RnD sangat menentukan perkembangan produk dari perusahaan, yang
sebanding dengan tingkat penjualan produk itu sendiri. Dimana inovasi tersebut
dapat diaraih apabila terdapat pengelolaan yang baik terhadap sistem RnD
sehingga dapat mengoptimalkan segala potensi sumber daya yang ada. Selain itu
inovasi juga merupakan kunci dalam pengembangan ekonomi regional yang lebih
sukses dan kompetitif. Sebab dengan meningkatkan kapasitas inovasi di semua
level, khususnya lokal dan regional akan sangat mendukung keberhasilan tujuan
nasional itu sendiri.
2.4 Langkah –
Langkah Strategis
a. Reorientasi Bisnis
Hal ini dilakukan dengan memfokuskan kegiatan usaha yang semula berjumlah 18 bidang usaha dan di fokuskan menjadi 5 bidang usaha yang berkompeten, yaitu meliputi: Aircraft, Aerostrukture, Aircraft Services, Defence, Engineering Services. Berkaitan
denganfungsi management perencanaan (plannig)
b. Restrukturisasi Sumber
Daya Manusia dan Organisasi
Hal ini
dilakukan dengan beberapa target yaitu dengan penyusunan struktur organisasi
yang baru yang akan disesuaikan dengan pelaksanaan reorientasi bisnis.
Sedangkan restrukturisasi bidang Sumber Daya Manusia antara lain program
Rightsizing melalui program pension dini sukarela dan penerapan Job
Establishment and Grading System (JEGS)didasarkan pada keahlian / kompetensi.
Berkaitan dengan fungsi management pengorganisasian (organizing)
c. Restrukturisasi Keuangan
dan Permodalan
Menciptakan
struktur keuangan dan managemen keuangan yang baik dan kuat, karena faktor
keuangan sangat penting dalam pengembangan usaha.d. Program Peningkatan
Kinerja
Program
peningkatan kinerja ini ditujukan untuk menciptakan Persero yang berdaya saing
dan berorientasi global.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Munculnya krisis moneter Asia pada
tahun 1997, memaksa pemerintah Indonesia untuk menandatangani Letter of Intent dalam rangka memperoleh
dana pinjaman bersyarat dari IMF. Dengan disetujuinya dana pinjaman bersyarat
tersebut menjadikan pemerintah Indonesia harus melakukan revisi kerangka
makroekonominya, yaitu dengan menarik sebagian subsidi pemerintah, salah satunya
adalah penarikan subsidi dan pinjaman kredit kepada PT. DI. Dengan dicabutnya
suntikan dana dari pemerintah kepada PT. DI, membuat perusahaan pesawat
terbesar di Indonesia tersebut mengalami kerugian dan menunggak utang yang
sangat besar. Selain kerugian dalam hal keuangan, PT. Di juga terpaksa
merumahkan enam ribu lebih pekerjanya. Adanya intervensi IMF dalam kebijakan
ekonomi pemerintah ini, dianggap telah menghambat perkembangan IPTEK di bidang
transportasi pesawat terbang Indonesia. PT. DI telah kehilangan waktu belasan
tahun untuk mengoptimalkan perkembangan teknologi dan kualitas produknya,
sehingga dengan mekanisme pasar bebas saat ini, teknologi pesawat Indonesia
kesulitan untuk bersaing dengan industri-industri pesawat dari negara lainnya.
3.2 Saran
Dari sudut pandang NSI, seharusnya
pemerintah Indonesia memberikan dukungan melalui suntikan dana untuk melakukan
RnD dalam industri pesawat sebagai industri manufaktur berteknologi tinggi yang
memerlukan banyak modal. Dengan dukungan keuangan dan kebijakan yang mendukung
kegiatan riset, akan sangat mungkin jika PT. DI dapat menjadi sumber devisa
terbesar Indonesia juga sebagai satu alat politik untuk meningkatkan bargaining position.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-aerospace.com/aboutus.php?m=aboutus&t=aboutus8>,
diakses 19 November 2013
http://finance.detik.com/read/2013/01/17/171322/2145418/1036/1/bj-habibie-saya-bilang-gila-industri-strategis-penerbangan-dibubarkan
http://www.indonesian-aerospace.com/view.php?m=news&t=news-detil&id=142 http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/01/17/0023.html http://www.bumn.go.id/21630/publikasi/berita/tekanan-imf-membuat-pt-di-bermasalah/ http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/10/121006_ptdiawakening.shtml